Pengimbasan Internal Lokakarya Tahun Pertama Program Sekolah  Penggerak Angkatan 3 SMP Plus Cordova
Jum’at, 11 Oktober 2024

Pada hari jum’at, 11 oktober 2024 pukul 19.15 - 20.45 telah dilaksanakan pengimbasan internal hasil dari lokakarya tahun pertama yang bertema Pembelajaran dan Asesmen secara daring melalui via zoom. Pengimbasan ini dipandu oleh Kepala sekolah SMP Plus Cordova, Ustadz. Prayogie Shaditya, S.Pd, dan diikuti oleh seluruh tendik SMP Plus Cordova. Pengimbasan ini sudah terjadwalkan dalam komunitas belajar di PMM (Platform Merdeka Mengajar) melalui pengembangan diri komunitas Keluarga Cordova.

Hasil dari pengimbasan internal yang di sampaikan kepala sekolah ialah Pembelajaran terdeferensiasi yang harus maksimal. Pembelajaran terdeferensiasi adalah pendekatan pengajaran yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan belajar individu siswa dengan cara memodifikasi konten, proses, produk, dan lingkungan belajar. Berdasarkan hasil asesmen di awal pembelajaran, pendidik perlu berupaya menyesuaikan strategi pembelajaran agar sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Berikut adalah beberapa aspek penting dari pembelajaran terdeferensiasi dan asesmen:

  1. Konten - Guru dapat menyesuaikan materi pelajaran agar sesuai dengan kemampuan dan minat siswa. Misalnya, siswa yang lebih maju dapat diberikan materi yang lebih kompleks, sementara siswa yang membutuhkan lebih banyak dukungan dapat diberikan materi dasar dengan cara yang lebih mudah dipahami.
  2. Proses - Proses pembelajaran dapat dimodifikasi dengan memberikan berbagai aktivitas yang sesuai dengan gaya belajar siswa. Misalnya, beberapa siswa mungkin lebih suka belajar melalui diskusi kelompok, sementara yang lain lebih suka belajar secara mandiri atau visual.
  3. Produk - Guru dapat memberikan pilihan kepada siswa tentang bagaimana mereka ingin menunjukkan pemahaman mereka terhadap materi. Misalnya, beberapa siswa mungkin lebih suka membuat presentasi, sementara yang lain lebih suka menulis esai atau membuat proyek kreatif.
  4. Lingkungan - Lingkungan belajar yang fleksibel dapat membantu memenuhi kebutuhan siswa. Ini bisa melibatkan pengaturan ruang kelas yang berbeda atau memberikan opsi untuk pembelajaran di luar kelas.
  5. Asesmen - Asesmen dalam pembelajaran terdeferensiasi harus bersifat formatif dan sumatif. Asesmen formatif membantu guru memahami kemajuan siswa secara terus-menerus dan menyesuaikan pembelajaran sesuai kebutuhan. Asesmen sumatif digunakan untuk mengevaluasi pencapaian akhir siswa terhadap tujuan pembelajaran.

Dengan mengadopsi pembelajaran terdeferensiasi dan asesmen yang adaptif, guru dapat menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan mendukung perkembangan semua siswa secara optimal. Hal ini tidak hanya meningkatkan hasil belajar tetapi juga membuat siswa merasa lebih dihargai dan termotivasi dalam belajar.

Ustadz Sandi memaparkan dalam buku panduan Pembelajaran dan Asesmen Hlm 40-43 bahwasannya, Gaya belajar adalah preferensi cara belajar. Sebagaimana minat dan hobi, gaya belajar bisa berubah dan berkembang. Seseorang bisa memiliki lebih dari 1 preferensi cara belajar, yang bisa diterapkan pada situasi yang berbeda-beda. Dan justru lebih baik jika kita memperkaya dan mengembangkan gaya belajarnya, sehingga tidak terkukung pada preferensi cara belajar yang itu-itu saja. Mengapa seseorang perlu mengembangkan dan memperkaya gaya belajarnya? Karena kebanyakan tujuan belajar hanya bisa dicapai menggunakan kombinasi berbagai pendekatan: dengan membaca deskripsi, melihat contoh, kemudian dengan menirukan atau menerapkannya sendiri. Karena itu peserta didik perlu bisa menggunakan beragam gaya atau cara belajar.

Dengan demikian, pendidik sebaiknya tidak mengkategorikan peserta didik ke dalam kategori gaya belajar tertentu. Peserta didik tidak perlu dikategorikan atau diberi label sebagai "pelajar auditori" atau "pelajar visual" dan lain-lain. Jangan sampai peserta didik menjadi merasa/percaya bahwa gaya belajar tersebut adalah bagian dari "kepribadian" atau sesuatu dari dirinya yang tidak bisa diubah. Ini merugikan peserta didik karena mereka perlu bisa menggunakan berbagai cara belajar.

Pendidik juga tidak perlu membagi kelas menjadi kelompok gaya belajar. Apalagi membatasi tiap kelompok pada materi yang dianggap cocok dengan gaya belajar mereka. "Pencocokan" gaya belajar dengan materi belajar ini terbukti sebagai praktik yang tidak efektif, dan justru merepotkan pendidik serta bisa merugikan peserta didik. (Catatan: pengelompokan peserta didik dalam konteks pembelajaran terdiferensiasi sebaiknya dilakukan berdasarkan tingkat kesiapan dan kemampuan awal peserta didik, bukan gaya belajarnya.) Dalam hal ini, yang bisa dan perlu dilakukan pendidik terkait gaya belajar adalah mengombinasikan bahan ajar dan metode yang bervariasi untuk mengajarkan sebuah topik: mulai dari penjelasan tertulis dan lisan, materi visual seperti gambar dan video, serta praktik atau penerapan untuk menyelesaikan sebuah masalah nyata. Dengan kombinasi yang kaya, peserta didik dengan preferensi belajar yang berbeda-beda akan lebih tertarik dan nyaman untuk belajar.